Header Ads

Tulisan Terkini

PEMUSTAKA, siapa mereka? (yang Pasti Bukan Pokemon!)

PEMUSTAKA, siapa mereka? (yang pasti bukan Pokemon!).


Dunia Perpustakaan | Tulisan ini ditulis langsung oleh PUTU LAXMAN PENDIT melalui akun facebook pribadinya.

Istilah "pemustaka" memang belum terlalu popular, apalagi dibandingkan Pokemon. Istilah ini dibuat oleh institusi Pemerintah pusat yang mengurus pustaka (disebut dengan benar sebagai per-"pustaka"-an) dan mulai dipopularkan walaupun secara terbatas  setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Sejak itu semua pegiat (aktivis) di bidang pustaka dan perpustakaan rajin menggunakan istilah ini dalam komunikasi formal maupun informal.

Secara umum, istilah ini oleh pencetus dan penggunanya dianggap merujuk ke sosok tertentu, yaitu pengguna fasilitas yang tersedia di  perpustakaan. Dengan begitu, sosok ini rupanya ingin dibedakan secara pasti dari sosok lainnya yang berada di perpustakaan itu, yaitu pustakawan.

Jika kita lihat kata dasarnya, "pustaka", maka penggunaan istilah pemustaka dan pustakawan sebenarnya lebih banyak menimbulkan kebingungan daripada kejelasan.

Mari kita pahami dulu persoalan yang ditimbulkan oleh kata “pemustaka” ini dilihat dari tata-cara pembentukan istilah yang baku di Indonesia.  Kata pemustaka menggunakan awalan pe-, sementara kata pustakawan menggunakan akhiran -wan. Dalam bahasa Indonesia baku, awalan pe- merujuk ke pihak pelaku, misalnya:

  1. "Petani" adalah pelaku dari kegiatan bertani yang memiliki kata dasar "tani".

  2. "Penulis" adalah pelaku atau alat yang mengacu ke proses atau perbuatan serta tulisan dan dijabarkan dari verba (kata kerja) "menulis".

  3. "Pembelajar" mengacu kepada pelaku sebuah perbuatan membelajarkan yang dibentuk dari belajar dengan bentuk dasar "ajar".


Sementara akhiran -wan dalam kata pustakawan mengacu ke kaidah tentang penyerapan kata asing berupa gabungan bentuk bebas seperti yang selama ini kita gunakan untuk kata "ilmuwan" (terjemahan dari scientist). Sudah dapat kita maklumi bahwa pustakawan adalah terjemahan dari librarian.

Apa arti kata "librarian" alias "pustakawan"? Sudah lama kita mengenalinya sebagai sosok yang mengelola "pustaka" dan sudah lama pula kita memang memisahkannya dari sosok yang menghasilkan pustaka itu (yaitu pencipta karya tulis, film, foto, patung, artefak, dan sebagainya, dan seterusnya).

Sudah lama pula kita mengenal sosok lain yang menjadi pengguna (bukan penghasil) pustaka, yaitu pembaca (pengguna pustakaberupa buku), pemirsa (pengguna pustaka berupa siaran audio-visual), penonton (penguna pustaka berupa film atau video), penikmat (pengguna pustaka berupa karya seni dan karya lainnya), dan sebagainya, dan seterusnya.
Lalu sosok apa yang disebut "pemustaka"? Di sini lah mulai muncul kebingungan.

Jika ia bukan sosok yang mengelola, dan bukan sosok yang menciptakan, dan bukan pula sosok yang menggunakan pustaka  siapakah mereka?

Kalau mengacu ke tata pembentukan istilah yang baku untuk awalan pe- di atas, maka yang paling dapat menjelaskan kebingungan ini adalah kata "pembelajar" yang merujuk ke pelaku perbuatan "membelajarkan (diri)". Sama seperti "pemberdaya" yang merujuk ke pelaku perbuatan "memberdayakan (diri)". Jadi, "pemustaka" adalah pelaku perbuatan "memustakakan (diri)".

Memustakakan? Kata apa pula ini? Apa maknanya jika memang diambil dari kata "pustaka"? Kata pembelajar menyiratkan arti bahwa ada aktivitas pribadi dan mandiri yang dilakukan seseorang untuk menjadikan dirinya terpelajar. Demikian pula pemberdaya menyiratkan arti bahwa ada aktivitas pribadi dan mandiri untuk menjadikan diri seseorang berdaya. Kalau begitu, maka pemustaka seharusnya menyiratkan arti bahwa ada aktivitas pribadi dan mandiri yang dilakuan seseorang untuk menjadikan dirinya terpustaka!

Orang seperti apakah yang terpustaka itu?

Kalau kita merujuk ke arti kata "pustaka", yaitu sebagai sebuah himpunan karya yang dianggap mulia, bermanfaat (terutama untuk masyarakatnya), dan mengandung pengetahuan, maka orang yang terpustaka ini sebenarnya mahahebat alias super-duper! Seseorang yang terpustaka adalah seseorang yang mulia, bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakatnya, serta berpengetahuan luas pula.

Hebat sekali, kan!? Bahkan lebih hebat dari sosok yang menghasilkan pustaka itu sendiri (penulis, pencipta, pematung, ilmuwan), dan tentunya jauh lebih hebat dari sosok yang mengelola pustaka untuk disediakan kepada mereka.

Siapakah mereka ini, dan apakah mereka ini benar-benar ada atau cuma rekaan kita yang berlebihan? Silakan jawab sendiri, mungkin sambil mencari-cari Pokemon!

PutuProfil Penulis: Putu Laxman Pendit

Seorang penulis, peneliti, pendidik dan pengajar bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Kiprahnya sangat dikenal di kalangan para pustakawan Indonesia yang haus dengan isu dan hal-hal fundamental tentang kepustakawanan.  Setelah mendapat gelar doktor dari Faculty of Business, Royal Melbourne Information Technology (RMIT) University di Australia, ia bekerja secara independen di bidang informasi, perpustakaan, dan jurnalistik. Ia menulis, berceramah, dan menjadi konsultan untuk berbagai persoalan di bidang informasi, tulis-menulis, perbukuan, dan teknologi digital.