Membangun Budaya Literasi Melalui Indah’s Library
Membangun Budaya Literasi Melalui Indah’s Library.
Dunia Perpustakaan | Berawal dari keprihatinannya terhadap minat baca murid-murid di bimbingan belajar miliknya, Indah Khurotul Ainia ingin membangun budaya literasi kepada murid-muridnya dengan mendirikan perpustakaan di bimbingan belajar miliknya.
Mempunyai 25 murid, bimbingan belajar (bimbel) milik Perempuan berusia 21 tahun itu ia beri nama Indah Course. Berdiri sejak 2013, berlokasi di rumah sendiri di Dusun Sidomantek RT 24 RW 07 Desa Wates Tanjung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik, Indah menerima murid bimbelnya dari kelas SD hingga SMP.
Kebanyakan murid Indah adalah Anak-anak dari desanya dan desa-desa tetangga. Sedangkan untuk perpustakaannya ia beri nama Indah’s Library, didirikan pada akhir tahun 2015 dan mempunyai koleksi sekitar 120 buku.
Ditemui Minggu (4/9/16), alasan Indah mendirikan perpustakaan karena menurutnya, dulu waktu bimbel murid-murid hanya belajar pelajaran sekolah dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Indah ingin murid-muridnya menambah wawasan serta mencintai dunia literasi yang akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku siswa.
“Pada saat les, diharapkan murid-murid tidak hanya monoton mengerjakan soal-soal PR atau tugas dari sekolah, tapi juga ada kegiatan lain yang berbasis rekreatif dan edukatif,” papar Indah.
“Di sekolah, murid-murid jarang bahkan tidak pernah sama sekali untuk meluangkan waktu untuk membaca buku di perpustakaan.
Maka dari itu, koleksi Indah’s library yang berisi buku-buku bacaan nonpelajaran seperti buku cerita, dongeng, novel, komik, pengetahuan umum,majalah dan lalin-lain diharapkan mampu mendukung wisata ilmu murid,” tambahnya. Dikutip dari beritajatim.com, [09/16].
Mahasiswi semester akhir jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Unesa itu memberikan peraturan kepada murid-murid bimbelnya. Pada tiap waktu istirahat selama 20 menit, murid-muridnya dianjurkan untuk membaca buku-buku ringan sesuai dengan usia mereka.
“Untuk murid kelas SD, saya mencoba menelisik hasil dari kegiatan membaca mereka dengan bertanya ataupun menyuruh mereka bercerita. Dengan hal ini, murid-murid bisa mengasah pola pikir dan sikap kritis mereka.
Sedangkan untuk level SMP, selain dianjurkan untuk bercerita, saya mewajibkan mereka untuk menuliskan minimal satu halaman dari hasil kegiatan membaca mereka per bulannya,” katanya.
“Agar lebih memotivasi mereka dalam menulis, murid dengan hasil tulisan terbaik akan mendapatkan hadiah sebagai wujud apresiasi terhadap kegiatan menulis mereka.
Diharapkan, dalam satu semester akan terkumpul tulisan-tulisan mereka dengan berbagai macam warna yang nantinya akan dijilid menjadi satu dan dipajang di Indah’s library.
Dengan kata lain, karya tulis mereka bisa dibaca orang lain, dan hal ini bisa menambah semangat dan kebanggaaan siswa terhadap diri sendiri jika mereka mampu dan berpotensi dalam menulis,” ujarnya.
Indah menambahkan kalau ia masih butuh banyak buku tambahan di perpustakan miliknya. Dengan hanya koleksi sekitar 120 buku, Indah berharap mendapat bantuan buku dari siapa pun yang ingin menyumbang.
“Saya sudah mengirim proposal ke dosen, penerbit, pelopor literasi, Ikatan Guru Indonesia, dan RRI untuk meminta bantuan buku. Saya juga meminta bantuan dari teman-teman saya jika punya buku yang bisa disumbangkan,” katanya.
“Harapan Saya Indah’s Library semakin banyak koleksi bukunya sehingga saya bisa saya buka secara umum kepada masyarakat sekitar rumah saya.
Dengan begitu, budaya literasi juga berkembang di masyarakat sekitar, bukan hanya murid bimbel saya, Dampak dari budaya literasi sudah saya lihat di murid-murid bimbel saya. Mereka menjadi sosok yang ingin tahunya besar, kritis, peka, kreatif, dan suka berdiskusi,” pungkasnya.