Header Ads

Tulisan Terkini

Buku Harian Berusia 200 Tahun Ditemukan di Toko Buku Bekas

Buku Harian Berusia 200 Tahun Ditemukan di Toko Buku Bekas.


Dunia Perpustakaan | Sebuah buku harian atau jurnal yang diduga berasal dari masa Perang Napoleon ditemukan ditumpukan buku-buku bekas milik sebuah toko buku bekas di Hobart.

Buku harian atau jurnal kecil itu ditulis oleh John Squire, seorang perwira tentara dan insinyur kerajaan Inggris yang melayani Duke of Wellington antara tahun 1810 dan 1812 selama Perang Peninsula.

Richard Sprent, pemilik toko buku bekas Cracked and Spineless mengaku dia tidak tahu sama sekali mengenai keberadaan buku harian itu sampai ketika dia membiarkan seorang pembeli melihat-lihat sendiri tumpukan buku bekas di lemari penyimpanan di tokonya.

"Buku jurnal itu benar-benar terkubur di salah satu sudut kecil dari toko Saya yang sudah lama sekali tidak pernah kami hampiri," katanya.

"Ketika akhirnya memeriksa sudut itu, kami mendapati buku itu dan terkejut, 'Wow, buku ini menarik sekali, Ia lalu kemudian melihat dan melakukan penelitian kecil terhadap buku tersebut dan mendapati ternyata buku itu luar biasa menarik,"

Squire dikenal sebagai penulis buku harian dan mendokumentasikan kehidupan dan pengalamannya di Wellington selama berlangsungnya Perang Peninsula.

Ia terlibat dalam dua peristiwa pengepungan dari Badajoz antara Mei dan Juni 1811 - sebagaimana tercantum dalam waktu dan tanggal dalam jurnal tersebut. "Jurnal khusus ini dari ditulis antara Bulan Mei hingga Juli tahun 1811," kata pemilik toko buku bekas, Mike Gray.

"Wellington disebutkan Squire dua kali dalam berita-berita di periode Mei-Juni [1811]." Jurnal itu tampaknya ditulis dengan tangan, lengkap dengan gambar diagram terowongan bawah tanah dan seluruh rencana pertempuran serta catatan mengenai cuaca dan kejadian hari itu.

Mike Gray dan Sprent sempat mengira buku itu palsu. "Hal itu sempat terlintas di pikiran Kami, tapi jelas terlihat sepertinya buku itu bukan hanya coretan kecil dari buku harian dari pria ini yang ditulis pada tahun 1811," kata Gray.

"Salah satu cara untuk menguji keasliannya adalah dengan mencipratkan sedikit air dibeberapa tinta di buku ini dan melihat apakah akan merembes atau tidak?

"Dan buku ini ternyata asli setelah diuji dengan cara seperti itu dan bukan juga salinan," Sprent mengatakan mereka menemukan buku ini beberapa pekan lalu dan berusaha mencari seseorang untuk memastikan keaslian buku harian tersebut.

"Kami berusaha menghubungi beberapa orang namun tidak ada yang muncul, jadi kemarin Saya mengunggahnya ke Facebook dan hari ini sudah ada beberapa orang dari museum di seluruh dunia yang menyatakan sangat tertarik untuk melihat buku jurnal tersebut. Tentu saja kami ingin sekali ada seseorang yang bisa meneliti lebih jauh buku ini untuk mengetahui apa sebenarnya yang kami dapatkan," kata Sprent.

Sprent mengaku dia tengah menantikan kedatangan seorang akademisi sejarah Eropa yang hendak menelaah buku jurnal tersebut pekan ini.

Dirinya juga sudah dihubungi oleh orang-orang yang bersedia membeli jurnal tersebut dengan imbalan sejumlah uang.

"Telepon Saya terus berbunyi selama 24 jam terakhir, kami memang memiliki usaha kecil dan berminat untuk menjualnya. Tapi di saat yang sama, kami juga hendak melihat buku ini bisa dipelihara oleh orang atau lembaga yang semestinya.

"Kami tidak ingin buku ini menjadi tergeletak tak tersentuh atau tidak bisa diakses sama sekali karena menjadi milik pribadi seseorang, seperti kondisi buku itu selama ini di toko kami," pungkas dia.

Buku harian berusia 200 tahun itu ditemukan diantara tumpukan buku lama yang telah dimiliki toko buku itu selama bertahun-tahun oleh pemilik sebelumnya dari toko buku tersebut, tapi tidak ada yang mengetahui dari mana dia mendapatkan buku-buku tersebut.

Gray mengatakan sejak penemuan buku jurnal itu, Dia jadi rajin melihat dan memeriksa koleksi buku di tokonya hanya untuk mencari tahu kemungkinan Ia menemukan kembali buku langka lain yang menarik seperti buku jurnal tersebut.

Sumber : detik.com