Generasi Muda dan Perpustakaan Mini
Generasi Muda dan Perpustakaan Mini.
Dunia Perpustakaan | Artikel Perpustakaan | Perpustakaan Mini | Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) generasi adalah penerus yang akan melanjutkan generasi sebelumya, dalam sejarah Indonesia mencatat pemuda menjadi bagian terdepan dalam perubahan.
Bermula dari berdiriya Budi Utomo (1908) selanjutnya peristiwa Sumpah Pemuda (1928) hingga peristiwa Rengasdengklok (1945) dan menjatuhkan orde baru (1998).
Dalam hakikatnya, pemuda memilki pribadi yang luhur, bertanggung jawab dan memberi manfaat bagi orang banyak. Tetapi Problematika yang terjadi pada pemuda kini tidak lagi berkepribadian luhur, namun cenderung kepada emosional dan pola hidup westernisasi (kebarat-baratan).
Pemuda yang kini menggunakan masa mudanya dengat aktivitas yang tidak bermanfaat, ketidak seriusan dalam dunia pendidikan, orientasinya hanya terfokus pada nilai tanpa mengharapkan ilmu yang bermanfaat. Dan yang paling mempengaruhi adalah teknologi, karena berimplikasi negatif yang mengakibatkan ketidak pekaan terhadap lingkungan sosial, yang menyebabkan leruhnya generasi muda.
Pendidikan dalam membentuk manusia yang berkualitas tidaklah lebih baik dari kesadaran.
Bangsa Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara lain dan generasi muda harus berperan kembali untuk melanjutkan masa depan bangsa ini.
Generasi muda harus memilki modal, modal yang utama yang harus dimiliki adalah pengetahuan, untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyak adalah dengan membaca. Karena membaca adalag jendela dari dunia, namun jika ditelisik generasi muda sekarang minat dalam membaca sangat miris, muda mudi lebih mementingkan membaca status orang lain diberbagai media sosial dibandingkan membaca buku.
Tak bisa juga dinafikkan sejarah indonesia juga mencatat bahwa Indonesia melewatkan satu era yang sangat penting.
Dalam sejarah Eropa setelah melewati masa penjajahan maka akan masuk dalam era membaca setelah melewati era membaca barulah masuk pada masa teknologi. Namun di Indonesia era membaca ini terlewatkan dan langsung masuk pada era teknologi, tidak juga bisa dipungkiri teknologi pula yang nantinya akan mengancurkan moral generasi bangsa.
Banyak fakta yang bisa dipaparkan dalam bebrapa bulan tahun ini banyak terjadi pemerkosaan dibawah umur dan pelakunya adalah remaja SMP dan SMA, dan usut demi usut ternyata karena teknologi. Kemudahan dalam mengakses internet yang menyebabkan remaja ini melakukan hal yang tidak senonoh.
- Moral generasi sedang dipertanyakan ??
- Apa yang salah dari bangsa ini dan apa yang seharusnya perlu untuk dibenahi??.
Ternyata faktor yang paling berpengaruh adalah teknologi, dan yang harus dibenahi adalah modal generasi muda. Ada taktis yang bisa dilakukan dan perlu untuk diperkenalkan kepada anak-anak Indonesia. Yaitu dengan menyediakan pustaka mini dirumah dan memperkenalkan membaca buku pada masa kanak-kanak, sehingga dari kecil anak sudah mengenal membaca buku dan tidak lagi disibbukan dengan Gadget.
Karena jika dibandingkan efek positif dan negatif ternyata efek negatif gadget lebih banyak dilihat dari kepedulian sosial menipis saat menggunakan gadget intensitas bersama kelurga teman maupun sahabat.
Bukan anti terhadap gadget atau teknologi, namun ada hal-hal yang perlu dibatasi dalam menggunakan teknologi yang nantinya mengakibatkan kecanduan dan sukar untuk move on dari teknologi salah satu contohnya adalah gadget tadi.
Menumbuhkan minat baca pada genrasi muda ini sangat penting taktisnya adalah dengan menyediakan putaka dalam rumah dan mengenalkan budaya membaca buku saat usia kanak-kanak.
Dalam Al-quran ada beberapa ayat yang mengiakan tentang generasi penerus yaitu surat Maryam mengisahkan Nabi Zakaria yang kawatir tentang generasi sesudahnya.
Zakaria memanjatkan doa kepada Allah SWT dalam kondisi beliau yang sudah menua dan kondisi istrinya yang mandul. Zakaria mendambakan anak sebagai penerus setelahnya, lalu Allah mengabulkannya dan anak itu diberi nama Yahya yang mengandung arti hidup, berarti Yahya akan menjadi generasi yang akan melanjutkan kehidupan yang sebelumnya diduga akan terputus. Ayat ini adalah salah satu kiasan bahwa suatu bangsa perlu memiliki penerus.
Penulis: Desi Amalia Hasibuan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP UNAND sekaligus Penggiat Komunitas Literasi Unand.
email: desiamalia991@gmail.com